Kamis, 13 Desember 2018

Analisis Kerja Sistem (PRE TEST MANAJEMEN KONTROL PROGRAMING)


5 Tahapan Pengembangan Program



1.      Perencanaan (Planning) 
Tugas utama untuk memperkirakan kebutuhan besarnya sumber daya (khususnya jam kerja) yang dibutuhkan dalam pengembangan, pengadaan, dan penerapan software. Jika, sebagai contoh, s/w di buat di rumah (in house), manajemen harus berusaha untuk memperkirakan berapa jumlah baris kode (program) yang di ketik atau banyaknya fungsi yang di buat.  Jika suatu software akan dikembangkan dan diimplementasikan secara in-house, manajemen harus memanfaatkan lima teknik perencanaan biaya yang di buat oleh Boehm (1984) sbb :
·         Algorithmic Models (model algoritma) : model ini akan memperkirakan jumlah sumber daya yang dibutuhkan berdasar pada faktor biaya, sebagai contoh memperkirakan jumlah instruksi yang harus di ketik (di tulis), bahasa pemrograman yang digunakan, dan perubahan pada permintaan kebutuhan. Dengan menggunakan model COCOMO (Boehm’s (1981)). 
·         Expert Judgment (penilaian seorang ahli), seorang ahli dapat memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan dalam proyek / pembuatan program. Menurut penelitian Vicinanza et el’s (1991), seorang ahli dapat menjadi pembuat perkiraan yang lebih baik untuk menentukan sumber daya jika dibanding dengan model algoritma.
·         Analogy (analogi) : jika proyek software yang sama pernah dibuat, penentuan sumber daya yang dibutuhkan dapat di dasarkan pada pengalaman sebelumnya. 
·         Top-Down Estimation (Perkiraan atas-bawah) : proyek di pecah kedalam beberapa tugas (pekerjaan), dan penentuan sumber daya yang dibutuhkan oleh setiap tugas tersebut baru dibuat.
·         Bottom-Up Estimation (Perkiraan bawah-atas) : jika tugas-tugas sudah di buat terlebih dahulu, kebutuhan sumber daya untuk masing-masing dapat diperkirakan dan di satukan / dikumpulkan untuk keperluan seluruh kebutuhan proyek.

Selain memperkirakan kebutuhan sumber daya, manajemen juga harus memutuskan tujuan dari keputusan penting yang dibuat selama fase perencanaan seperti :
·         Pendekatan desain (design approach) : jika program akan dikembangkan dirumah, manajemen harus memilih pendekatan desain yang akan digunakan seperti prototyping atau tipe top-down atau bottom-up.
·         Pendekatan implementasi (implementation approach) : software dapat dikembangkan dirumah, pengembang dapat membangun atau mengemas software untuk dijual. Jika software akan dibuat koding, harus dibuat keputusan tentang bahasa pemrograman yang akan dipakai.
·         Pendekatan testing dan integrasi (Integration and testing approach) : pada saat pengetesan akan dibutuhkan sumber daya yang khusus, seperti simulator atau hardware tertentu untuk memonitor jalannya program.
·         Pengorganisasian tim proyek (project team organization) : saat tim proyek harus dibentuk untuk pengembangan atau pengadaan software, maka anggota dan struktur tim harus ditentukan.

Pada tahap kontrol ini, ada dua tujuan utama yaitu :
1.      Untuk memonitor kemajuan dan beberapa tahap pada siklus hidup s/w agar tidak bertentangan dengan rencana awal.
2.      Mengontrol tugas pengembangan, pengadaan dan implementasi s/w, agar s/w dapat di produksi secara autentik, akurat dan lengkap. 

Untuk memonitor agar kontrol tidak bertentangan dengan rencana awal, beberapa teknik dapat digunakan seperti :
·         Work Breakdown Structures (WBS), dengan teknik ini kita dapat mengidentifikasi tugastugas yang spesifik untuk pengembangan, pengadaan, dan implementasi s/w yang dibutuhkan (Mc.Leod and Smith 1996).  
·         Gantt Chart, dapat digunakan untuk membantu mengatur tugas (schedule). Teknik ini akan menunjukan kapan tugas harus dimulai dan diselesaikan, tugas apa yang harus dibuat bersama-sama, dan tugas apa yang harus dihasilkan secara serial. 
·         Program Evaluation and review technique (PERT), menunjukan tugas-tugas yang harus diselesaikan, bagaimana hubungannya, kebutuhan sumber daya apa untuk setiap tugastugasnya

Seorang auditor harus mempunyai dua perhatian khusus pada kendali, pada tahap kontrol ini yaitu : 
·         Auditor harus dapat mengevaluasi apakah fungsi dari aktivitas kontrol dapat diterapkan juga pada software yang berbeda.
·         Seorang auditor harus dapat mengumpulkan bukti apakah prosedur dari suatu kontrol sudah dijalankan dengan benar dan dapat dipercaya. 

2.      Perancangan (Design) 
Seorang programmer bertugas untuk menspesifikasikan struktur dan operasi dari program untuk menemukan artikulasi yang dibutuhkan selama tahap proses informasi sistem desain dari pengembangan sistem.

Sedangkan auditor tugas utamanya adalah  sebagai berikut :
·         Menentukan apakah programmer menggunakan suatu tipe khusus dari pendekatan sistematik untuk desain.
·         Auditor harus mengubah keinginannya berdasarkan beberapa faktor seperti ukuran dan bahan dari suatu program. 
·         Seorang auditor juga dapat memperoleh bukti dari proses desain dengan melakukan interview, observasi, dan review dari dokumentasi.
·         Auditor dapat berkomunikasi dengan programmer, apakah mereka dapat memahami tentang kebutuhan dengan menggunakan pendekatan yang sistematik untuk desain, jika ya, bagaimana menggunakannya. 
·         Auditor juga dapat mengamati apakah programmer menggunakan pendekatan sistematik untuk mendesain program.
·         Mereka juga dapat meninjau dokumentasi program, apakah memiliki struktur chart sebagai bukti programmer menggunakan pendekatan yang sistematik untuk mendesain.

3.      Pengkodean (Coding)
Tahap koding (pengetikan / penulisan program) dilakukan pada saat s/w akan dibuat atau dimodifikasi. Selama tahap ini, programmer akan menulis dan mendokumentasikan source code (program sumber) dalam bahasa pemrograman untuk mengimplementasikan desain program.

Tiga strategi utama dari implementasi modul dan integrasi :
·         Top-Down
Digunakan jika, modul level atas (high-level modules) dibuat (coding), di test, dan diintegrasikan sebelum modul level bawah (low-level modules). Keuntungannya adalah kesalahan pada modul level atas dapat teridentifikasi lebih dini, kerugiannya adalah pada saat uji coba program akan menemui kesulitan ketika modul level bawah menemukan kesalahan fungsi input-output yang sangat sulit.
·         Bottom up
Digunakan jika, modul level bawah di buat (coding), di test, dan diintegrasikan sebelum modul level atas di buat. Keuntungannya adalah modul level rendah yang merupakan operasi yang paling sulit di implementasikan dan diuji terlebih dahulu. Kerugiannya adalah pendekatan ini sangat sulit untuk di teliti seluruh operasinya, sebelum programnya selesai dibuat.
·         Threads (rangkaian / untaian)
Digunakan jika, keputusan dibuat terlebih dahulu untuk fungsi program yang akan dibuat, kemudian modul yang akan mendukungnya baru dibuat dan kemudian diimplementasikan untuk menghasilkan fungsi yang penting. Keuntungannya adalah fungsi yang paling penting di implementasikan terlebih dahulu. Kerugiannya adalah integrasi dari modul yang berikutnya mungkin akan lebih sulit, jika dibandingkan dengan pendekatan top-down atau bottom-up.

Auditor perlu mencari bukti yang benar dengan cara uji coba oleh manajemen program dalam memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Khususnya pada program yang besar, penggunaan strategi yang salah (jelek) dapat mengakibatkan program yang dihasilkan menjadi kurang berkualitas.
Auditor dapat melakukan wawancara untuk menguji apakah manajemen menggunakan pendekatan sistematik untuk memilih strategi implementasi modul dan integrasi.
Mereka juga dapat menguji dokumentasi program untuk memperoleh bukti tipe strategi yang telah di adopsi (di pilih). 

Strategi Coding
Menurut konvensi (kesepakatan) program terstruktur, terdapat tiga dasar struktur utama dalam struktur kontrol yaitu :
·         Urutan sederhana (simple sequence - SEQUENCE)
·         Pemilihan dengan seleksi (selection based on a test – IF-THEN-ELSE)
·          Pengulangan kondisi (conditional repetition-DO WHILE) 

Jika konvensi pemrograman terstruktur di penuhi, dapat dipastikan bahwa para programmer akan membuat source-code yang tingkat kesalahannya kecil, mudah untuk dimengerti dan mudah untuk dirawat. Auditor dapat mencari bukti untuk memastikan apakah manajemen programming di jamin di buat oleh programmer mengikuti struktur programming yang telah di sepakati. Mereka dapat melakukan wawancara dengan manager atau programmer tentang tugas dan cara yang dilakukannya dalam membuat program. Auditor juga dapat mengecek apakah programmer dalam membuat programnya menyediakan fasilitas otomatis sebagai alat bantu untuk mereka.

Beberapa tipe penggunaan fasilitas koding otomatis anatara lain :
·         Shorthand preprocessor, memungkinkan programmer untuk menulis kode secara singkat, jugadapat menerjemahkan kode singkat ini dalam sintak yang lebih lengkap, contoh COBOL.
·         Decision-table preprocessor, memindahkan bentuk teks program ke dalam bentuk sourcecodemenggunakan bahasa pengolahan compiler.
·         Copy facility, memungkinkan penggunaan kode secara berulang
·         Editor, yang memungkinkan kode di ciptakan, di format, dan dimodifikasi secara mudah.
·         User-interface management system, memungkinkan desain dari implementasi yang cepat,seperti windows, icons, menus, dan dialog boxes.
·         CASE tools, berisi bermacam-macam fasilitas yang dapat membantu proses koding.

Strategi Dokumentasi
Pedoman untuk menghasilkan dokumentasi yang berkualiatas adalah sbb :
·         Sediakan petunjuk yang menunjukan proes pembuatan program ke dalam beberapa tahap dankomponen secara keseluruhan dan hubungan antara komponen-komponen tersebut.
·         Gunakan baris komentar dalam program secara bebas untuk menerangkan jalannya (logika)program.
·          Beri nama untuk variabel, konstanta tipe, paragraf, modul, dan seksi yang berarti kepada parapembaca source-code program.
·         Buat lay-out dari source-program sehingga mudah untuk dibaca.
·         Kelompokan tipe kode yang saling berhubungan.




4.      Pengetesan (Testing)
Testing software adalah proses mengoperasikan software dalam suatu kondisi yang dikendalikan, untuk memverifikasi apakah telah berlaku sebagaimana telah ditetapkan (menurut spesifikasi), mendeteksi error , dan memvalidasi apakah spesifikasi yang telah ditetapkan sudah memenuhi keinginan atau kebutuhan dari pengguna yang sebenarnya.
·         Verifikasi adalah pengecekan atau pengetesan entitas-entitas, termasuk software, untuk pemenuhan dan konsistensi dengan melakukan evaluasi hasil terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan. (Are we building the system right?)
·         Validasi melihat kebenaran sistem, apakah proses yang ditulis dalam spesifikasi  adalah apa yang sebenarnya diinginkan atau dibutuhkan oleh pengguna. (Are we building the right system?)
·         Deteksi error. Testing seharusnya berorientasi untuk membuat kesalahan secara intensif, untuk menentukan apakah suatu hal tersebut terjadi bilamana tidak seharusnya terjadi atau suatu hal tersebut terjadi dimana seharusnya mereka ada.

Jenis-jenis testing antara lain sebagai berikut :
·         Pengujian white box
Pengujian yang didasarkan pada pengecekan terhadap detail perancangan, menggunakan struktur kontrol dari desain program secara procedural untuk membagi pengujian ke dalam beberapa kasus pengujian.

·         Pengujian basis path
Metode ini memungkinkan perancang test case mendapatkan ukuran kekompleksan logical dari perancangan prosedural dan menggunkan ukuran ini sbg petunjuk untuk mendefinisikan basis set dari jalur pengerjaan. Test case yg didapat digunakan untuk mengerjakan basis set yg menjamin pengerjaan setiap perintah minimal satu kali selama uji coba. Contoh : diagram alir

·         Pengujian struktur control
Merupakan pengujian kondisi dimana sebuah metode desain test case yang menggunakan kondisi logis yang ada pada suatu program. Contoh : Kondisi sederhana dari persamaan relasional

·         Pengujian black box
Merupakan pengujian yang berfokus pada spesifikasi fungsional dari perangkat lunak, tester dapat mendefinisikan kumpulan kondisi input dan melakukan pengetesan pada spesifikasi fungsional program.

5.      Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance)
Dalam  sudut  pandang  Sistem  Audit,  perhatian  utama  pada  operasional  program adalah  bagaimana performance program tersebut dapat dimonitor setiap saat. Seseorang harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasi apabila program perlu perawatan, kemungkinan lain adalah identifikasi dari kebutuhan perawatan  mungkin  tidak terjadi.
Akibatnya,  bisa  terjadi  kekeliruan  pada  database  program,  kegagalan dalam pencapaian keinginan user, atau operasi program tidak efisien. Mekanisme  formal  dalam  monitoring  status  operasional  program  sangat  diperlukan, ketika  pengguna dari program adalah seluruh anggota organisasi yang terdiri dari berbagai macam latar belakang.

Ada 3 macam tipe dari perawatan (maintenance) yang diperlukan agar program tetap beroperasi:
·         Repair-maintenance-errors, perawatan dengan cara memperbaiki kesalahan.
·         Adaptive maintenance-users needs, perawatan dengan mengadaptasi pada keinginan user.
·         Perfective maintenance, perawatan dengan maksud agar diperoleh program yang sempurna.

Sedangkan auditor tugas utamanya adalah  sebagai berikut :
·         Untuk memastikan bahwa fase ini berjalan dengan efektif dan pelaporan secara berkala dapat dilakukan, serta proses perawatan bisa di kontrol dengan baik.
·         Auditor   harus   bisa   mencari   bukti   bawa   manajemen   telah   meninjau system dengan baik dan bertanggung jawab dalam monitoring status dari operasional program. Caranya dengan melakukan interview (wawancara), obsevasi, tinjauan pada dokumen yang menunjukan bahwa system telah beroperasi dengan baik.
·         Selanjutnya mereka harus fokus pada kualitas dari kontrol proses maintenance.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar